Jamu gendong adalah
fenomena yang sangat terkenal di Indonesia. Tetapi, dokumen tertulis tentangnya
sangat jarang. Pada 1998, 20 penjual jamu gendong di Surabaya diwawancara dan
diobservasi untuk memahami bagaimana mereka menyiapkan resep, menggunakan bahan
baku, dan membuat jamu gendong.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penjual jamu itu mempunyai pengetahuan yang serupa tentang
penggunaan jamu gendong. Bahan-bahan yang digunakan juga mirip. Perbedaannya
hanya pada penggunaan bahan tambahan.
Resep jamu gendong
umumnya ada 8 macam, yaitu Beras Kencur, Kunyit Asem, Sinom, Cabe Puyang,
Pahitan, Kunci Suruh, Kudu Laos, dan Uyup-uyup.
Ada dua cara dalam
membuat jamu gendong. Pertama dengan merebus semua bahan. Kedua dengan memeras
sari yang ada kemudian mencampurnya dengan air matang.
Penjaja jamu gendong jumlahnya semakin tinggi
dari tahun ke tahun. Data di Departemen Kesehatan RI menunjukkan peningkatan
tersebut, yaitu 13.128 pada 1989, menjadi 25.077 pada 1995. Demikian pula angka
untuk Jawa Timur yang menunjukkan jumlah 3.306 pada 1995, yaitu menduduki
urutan jumlah terbanyak ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Angka
tersebut diyakini masih belum mencakup jumlah keseluruhan penjaja jamu gendong
mengingat mobilitas mereka yang sangat tinggi.
Melihat jumlah yang terus meningkat tersebut,
dapat diperkirakan bahwa pemanfaatan jamu gendong masih tinggi. Masyarakat
masih berminat untuk mengkonsumsi jamu gendong sebagai salah satu upaya untuk
perawatan kesehatan. Pembelian jamu gendong biasanya berdasar kebiasaan
turun-menurun. Secara umum, sudah diketahui manfaat jamu gendong, namun secara
tertulis belum banyak yang mengidentifisir khasiat dan manfaat dari sudut
pandang penjaja. Di samping itu, diperkirakan resep jamu gendong bervariasi
sedangkan pencatatan atau dokumentasi tentang resep jamu gendong tidak banyak
dilakukan sehingga sulit diperoleh gambaran secara pasti.
Untuk menjawab ketidaklengkapan
informasi tertulis tersebut maka dilakukan suatu penelitian yang
mengidentifikasi cara pengolahan, khasiat, dan bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan jamu gendong. Dengan temuan tersebut diharapkan akan memperkaya
pengetahuan tentang jamu gendong sebagai salah satu upaya pelestarian
pengobatan tradisional khas Indonesia. Di samping itu, pemanfaatan jamu gendong
lebih banyak sebagai upaya promotif dan preventif kesehatan yang sangat sesuai
dengan paradigma sehat sehingga pengetahuan tentang jamu gendong menjadi
penting.
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI